Kewajibanpasien di puskesmas. Mematuhi peraturan yang berlaku. Menggunakan fasilitas rumah sakit/puskesmas secara bertanggung jawab. Menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung, dan hak tenaga kesehatan serta petugas lain. Memberikan informasi yang jujur, lengkap, dan akurat sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan tentang masalah kesehatannya.
Bisniscom, JAKARTA - Dalam beberapa tahun terakhir, cakupan pelayanan program keluarga berencana (KB) di rumah sakit belum sesuai harapan, bahkan terjadi penurunan.. Untuk itu dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan KB di rumah sakit, maka dibuat berbagai terobosan dan inovasi dalam bentuk revitalisasi Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit (PKBRS).
Programstudi Manajemen Pelayanan Rumah Skit (MPRS) atau disebut juga Perumahsakitan adalah prodi vokasi yang mempelajari manajemen dan administrasi rumah sakit. Di sini kamu akan mempelajari berbagai fungsi dalam manajemen rumah sakit dan klinik seperti bidang keuangan, rekam medik, sekretaris medik, personalia, humas, marketing, juga di
cash. Pandemi COVID-19 sangat mempengaruhi sektor kesehatan di Indonesia, negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Salah satu dampak yang paling serius adalah tingginya angka infeksi dan kematian di kalangan tenaga kesehatan. Data terbaru dari Ikatan Dokter Indonesia menunjukkan setidaknya 718 petugas kesehatan meninggal akibat infeksi COVID-19, termasuk 325 dokter dan 324 perawat. Angka ini termasuk tertinggi di dunia. Yang lebih mengkhawatirkan adalah karena Indonesia memiliki jumlah tenaga kesehatan yang relatif rendah, yaitu rata-rata hanya tersedia 4 dokter dan 21 perawat per penduduk. Sebagai perbandingan, Malaysia memiliki 15 dokter dan 35 perawat, dan Singapura memiliki 23 dokter dan 62 perawat, per penduduk. Penelitian terbaru kami mengungkapkan adanya kesenjangan yang signifikan dalam jumlah dan mutu dari fasilitas dan layanan antar rumah sakit untuk perawatan COVID-19 yang mengakibatkan meningkatnya risiko bagi tenaga medis. Penyebab utama dari kondisi ini adalah kesenjangan dalam sumber daya finansial yang dimiliki oleh masing-masing rumah sakit. Penelitian kami Kami melakukan penelitian pada 11 rumah sakit di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Sumatra Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Lima di antaranya merupakan rumah sakit rujukan COVID-19. Namun, seiring dengan jumlah infeksi yang melonjak, maka banyak rumah sakit non-rujukan juga harus merawat pasien COVID-19. Seorang petugas kesehatan menyiapkan ruang operasi untuk pasien COVID-19 di rumah sakit di Tulungagung, Jawa Timur. ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko/rwa. Sebagai bagian dari kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja K3, semua rumah sakit yang terlibat dalam penelitian kami telah menetapkan kebijakan, prosedur, mekanisme, dan persediaan peralatan untuk menangani infeksi COVID-19 guna memastikan keselamatan dan kesejahteraan tenaga kesehatan. Untuk itu rumah sakit membentuk unit Pencegahan dan Pengendalian Infeksi PPI dengan tugas utama untuk menangani penyakit menular di rumah sakit serta mengawasi penerapan protokol kesehatan terkait COVID-19. Unit PPI juga berfungsi untuk mengembangkan prosedur pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi untuk dokter, perawat, pasien dan keluarga. Petugas kesehatan merawat pasien di rumah sakit darurat COVID-19 di Jakarta. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj. Penelitian kami menemukan kesenjangan yang signifikan dalam kuantitas dan kualitas fasilitas dan peralatan antara rumah sakit, baik di kalangan rumah sakit rujukan maupun non-rujukan. Sebagai contoh, tidak semua rumah sakit memiliki ruang isolasi khusus RIK dan unit perawatan intensif ICU yang dilengkapi dengan tekanan udara negatif, yang diperlukan dalam mencegah penyebaran virus. Beberapa rumah sakit tidak memiliki ventilator yang cukup dan tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk menguji pasien yang terinfeksi COVID-19. Dengan terbatasnya jumlah fasilitas untuk merawat pasien COVID-19, beberapa rumah sakit tidak mampu melakukan pengujian pada kondisi pasien secara akurat untuk merujuk mereka ke ruang perawatan yang sesuai. Masalah lain yang juga mengkhawatirkan adalah beberapa rumah sakit tidak memiliki persediaan alat pelindung diri APD yang cukup dengan kualitas yang memadai. Informasi yang kami dapatkan dari dokter dan petugas kesehatan mengungkapkan bahwa mereka terkadang harus memakai APD yang tidak memenuhi standar atau menggunakan ulang peralatan yang seharusnya sudah diganti. Beberapa dokter mengatakan bahwa mereka bahkan harus membeli APD sendiri karena rumah sakit tidak mampu untuk menyediakannya. Situasi ini meningkatkan potensi tenaga kesehatan terpapar virus, yang berakibat pada risiko kesehatan atau beban keuangan mereka. Masalah-masalah ini telah mengancam kesehatan fisik dan psikologis tenaga kesehatan yang juga membuat mereka berpotensi menularkan virus pada orang lain. Kegagalan mengikuti protokol kesehatan Setiap rumah sakit telah menetapkan protokol kesehatan untuk perawatan COVID-19 dalam pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3. Namun, penelitian kamu menunjukkan adanya kesenjangan yang signifikan pada tingkat kesadaran dan komitmen tenaga kesehatan dalam mematuhi protokol kesehatan. Salah satu sumber utama infeksi pada tenaga kesehatan di rumah sakit adalah penggunaan berbagai fasilitas bersama untuk staf, seperti ruang ganti, ruang makan, musala, lift, dan kamar mandi. Ada juga indikasi bahwa staf rumah sakit yang tidak berhubungan langsung dengan pasien COVID-19 kurang menganggap serius akan risiko tertular virus. Akibatnya tingkat kepatuhan mereka pada protokol kesehatan relatif rendah. Temuan kami juga menunjukkan bahwa sebagian besar infeksi di kalangan petugas kesehatan justru terjadi di luar tempat kerja, di mana kewaspadaan petugas terhadap virus menurun. Dampak bagi pekerja medis Studi kami juga menemukan banyak petugas kesehatan yang mengalami masalah kesehatan mental akibat beban kerja yang meningkat. Hal ini juga tercermin dalam temuan studi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang menunjukkan 83% tenaga kesehatan Indonesia menderita stres akibat kelelahan fisik dan mental di tempat kerja, terutama di rumah sakit dengan jumlah tenaga yang terbatas. Seorang petugas kesehatan memakai alat pelindung diri sebelum membagikan makanan untuk pasien COVID-19 di rumah sakit di Bandung, Jawa Barat. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/wsj. Beban mental yang dialami tenaga kesehatan meningkat saat mereka harus menangani pasien yang terinfeksi COVID-19 dan sebagian mereka mengalami trauma ketika menyaksikan kematian di antara pasien dan sesama rekan kerja mereka. Di sisi lain, sikap masyarakat dan stigma negatif terhadap mereka juga memperberat tekanan mental bagi para tenaga kesehatan. Hal ini dikarenakan banyak anggota masyarakat yang beranggapan bahwa para tenaga kesehatan ini kemungkinan besar tertular virus akibat interaksi mereka dengan pasien COVID-19. Sebagai dampaknya, banyak petugas kesehatan merasa terisolasi karena sebagian orang cenderung untuk menghindari interaksi sosial dengan mereka maupun keluarga mereka. Penelitian ini didanai oleh Pemerintah Australia melalui Australia-Indonesia Centre di bawah program PAIR The Australia Indonesia Centre mendukung The Conversation Indonesia dalam produksi artikel ini.
16 Jun Rumah sakit adalah pusat pelayanan untuk masyarakat yang memiliki masalah kesehatan. Dengan datang ke rumah sakit maka tentunya masyarakat berharap untuk mendapatkan pelayanan dan perawatan yang baik sehingga tubuhnya bisa kembali sehat. Namun sayangnya di Indonesia pelayanan kesehatan sering kali masih tergolong menyulitkan bagi banyak orang, untuk dapat berobat pasien harus melewati proses administrasi yang rumit yang membuat para pasien yang sedang sakit justru bertambah sakit. Untungnya pelayanan kesehatan ini terus berusaha diperbaiki oleh pemerintah agar masyarakat bisa memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan semaksimal mungkin. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan sistem manajemen rumah sakit yang baik. Pada saat ini sistem manajemen rumah sakit yang dikenal secara umum adalah SIMRS. Dengan adanya sistem informasi manajemen yang berbasis web tersebut tentunya membuat proses pendataan pasien dan seluruh hal yang ada di rumah sakit menjadi lebih tertata. Alhasil proses pelayanan rumah sakit pun menjadi lebih cepat diselesaikan. Di dalam rumah sakit, guna melaksanakan proses pelayanan untuk para pasien, maka rumah sakit dibagi menjadi beberapa unit. Untuk membantu Anda mengenal apa saja unit pelayanan yang ada di rumah sakit, berikut ini garis besar 5 unit pelayanan yang ada di rumah sakit Unit Medis Tentunya unit medis adalah unit yang terdepan dalam hal pelayanan rumah sakit, pada saat Anda datang ke rumah sakit untuk berobat maka tentunya unit medis ini adalah unit pelayanan rumah sakit yang akan Anda datangi. Unit medis ini terdiri dari beberapa bagian. Pertama, ada bagian poliklinik yang merupakan unit perawatan kesehatan yang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan ranah penyakit pasien, seperti misalnya poliklinik penyakit dalam, poliklinik umum, poliklinik gigi, poliklinik kulit dan sebagainya. Kemudian ada bagian UGD yang merupakan unit medis yang khusus menangani pasien yang memerlukan tindakan dengan segera karena keadaan yang darurat. Selain itu ada juga bagian ruang operasi, ruang dokter, laboratorium klinis, gudang medis, ruang tunggu pasien, radiology, rehabilitasi, pathology dan fisioterapi. Satu bagian unit medis yang menangani banyak hal ini tentunya tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa adanya sistem manajemen rumah sakit yang menunjangnya, oleh karena itu kini digunakan SIMRS untuk setiap rumah sakit agar bisa menangani dan mengelola data serta berbagai macam hal yang berkaitan dengan pelayanan rumah sakit. Unit Rawat Inap Dalam unit rawat inap ini maka berkaitan dengan seluruh kebutuhan pelayanan untuk pasien yang dirawat inap di rumah sakit tersebut. Unit rawat inap ini terdiri dari rawat medis, ruang obat, ruang tidur, konsultasi, nurse station dan pantry. Semua bagian tersebut saling membantu untuk memberikan pelayanan yang baik bagi pasien selama dirawat inap di rumah sakit tersebut. Pada unit rawat inap ini juga membutuhkan SIMRS untuk mengelola data pasien yang dirawat inap di rumah sakit itu, karena pasien rawat inap biasanya juga dibagi-bagi berdasarkan diagnosanya, misalnya pasien rawat inap dari bagian kandungan biasanya disatukan dalam satu ruangan rawat inap yang sama. Maka dari itu banyak data yang juga harus dikelola dengan baik di unit rawat inap ini. Unit Keperawatan Lalu ada juga unit keperawatan yang berkaitan dengan farmasi, rekam medis, ruang perawat, perawatan poliklinik dan lain sebagainya. Unit keperawatan juga sama pentingnya dengan dua unit sebelumnya dalam melayani pasien, justru biasanya perawat yang ada di rumah sakit jumlahnya jauh lebih banyak daripada dokternya, karena tugas perawat selain membantu dokter dalam memeriksa pasien juga bertugas untuk membantu serta mengawasi pasien selama masa perawatan di rumah sakit tersebut. Sebelum ditangani oleh dokter yang bertugas, biasanya pasien akan bertemu dengan perawat terlebih dulu untuk pengecekan dasar kesehatan tubuh seperti misalnya tensi darah. Unit Administrasi Selain urusan yang berkaitan dengan kesehatan pasien secara langsung, di sebuah rumah sakit tentunya ada juga unit administrasi yang mengurusi masalah administrasi yang berkaitan dengan rumah sakit, berikut pengelolaan keuangan rumah sakit, data pasien, data staff, arsip, pendaftaran dan lain sebagainya. Di dalam unit administrasi ini juga sangat diperlukan adanya SIMRS untuk bisa mengelola data rumah sakit yang begitu banyak dengan lebih baik. Unit House Keeping Dan Teknis Sebagai pusat pelayanan kesehatan bagi masyarakat maka tentunya kebersihan dan kelancaran kinerja rumah sakit menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Maka dari itu unit house keeping dan teknis ini tidak bisa dikesampingkan dari berjalannya proses pelayanan rumah sakit. Unit house keeping dan teknis ini terdiri dari gudang ambulance, gudang umum, mekanikal, elektrikal, ruang serbaguna, laundry, cleaning service dan engineering. Share
Apa itu home care?Home care adalah suatu pelayanan kesehatan dari tenaga medis pada pasien di rumah, dengan pengawasan langsung oleh home care meliputi keperawatan. Mulai dari fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, hingga pelayanan perawatan medis, home care juga dapat mencakup pelayanan untuk membantu aktivitas sehari-hari pasien seperti mandi, berpakaian, dan makan, jasa memasak, membersihkan rumah, serta memantau obat-obatan yang home care diperlukan?Pelayanan home care bertujuanMeningkatkan fungsi tubuh pasien sehingga ia dapat menjalani rutinitas dengan lebih percaya diriMengoptimalkan kondisi pasien dan mendampingi pasien di rumah, sehingga mencegah kebutuhan perawatan jangka panjang di rumah care dapat disarankan langsung oleh dokter, atau diminta khusus oleh keluarga pasien maupun pasien yang membutuhkan home care?Home care diberikan untuk pasien dengan kebutuhan khusus, yang perlu tetap tinggal di rumah. Secara umum, pasien yang memerlukan pelayanan ini meliputiBerusia lanjut lansiaMengidap penyakit kronisMenjalani proses pemulihan pascaoperasiMemiliki disabilitas tertentuApa saja jenis home care?Pelayanan home care umumnya meliputiPelayanan pribadi pasien, seperti mandi, keramas, atau berpakaianPekerjaan rumah tangga, seperti membersihkan rumah dan mencuci bajuMemasak atau mengantar makanan ke rumahManajemen keuangan, seperti membantu mengisi formulir finansial dan memastikan semua tagihan terbayar tepat waktuPelayanan kesehatan, seperti fisioterapi, terapi okupasi, kunjungan dokter ke rumah atau konsultasi medis melalui teleponApa saja persiapan untuk menjalani home care?Sebelum menjalani home care, keluarga sebaiknya meluangkan waktu bersama dengan perawat atau tenaga medis lain yang akan memberikan pelayanan kesehatan di rumah. Keluarga dapat mendiskusikan dan menginformasikan mengenaiRutinitas dan kebiasaan pasienKondisi medis yang dialami oleh pasien, seperti penyakit dan cederaTanda-tanda kondisi darurat medis yang perlu diwaspadaiKegemaran dan hal-hal yang tidak disukai oleh pasienObat-obatan, termasuk cara dan waktu pemberianPenggunaan alat-alat bantu, seperti kacamata, tongkat, atau alat bantu dengarGangguan mobilitas, seperti kesulitan berjalan atau penggunaan kursi rodaAlergi, diet khusus, atau kebutuhan nutrisi lainTerapi olahraga dengan instruksi khususAgensi home care biasanya telah melakukan skrining mengenai latar belakang para pekerjanya. Misalnya, catatan kriminal pekerja maupun keluarga pasien juga dapat melakukan peninjauan latar belakang atau menghubungi pihak-pihak terkait guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
pelayanan di rumah sakit